[Masyarakat & Budaya, Vol. 28, No. 1, 2023]
Ranny Rastati (Mahasiswa Doktoral Universiti Malaya dan Peneliti PMB BRIN)
Untuk studi doktoral, saya sebenarnya memiliki dua opsi riset yang akan dilakukan yaitu perkembangan budaya pop Indonesia dan fandom budaya pop Asia Timur di Indonesia. Saya bahkan telah melakukan observasi aktif selama satu tahun sebelum menuliskan draft proposal riset. Namun, dalam proses bimbingan dengan supervisor, beliau menyarankan agar saya membahas budaya pop Thailand yang saat ini sedang mengalami perkembangan signifikan, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
Mendengar hal itu, saya mengamini pendapat supervisor. Beberapa tahun belakang, saya pun turut mengamati perkembangan budaya pop Thailand yang memiliki laju pertumbuhan cukup signifikan khususnya sejak 2020 (lihat (Rastati, 2020b, 2020a). Perubahan tema riset ini membuat saya semakin mendalami apa itu budaya pop Thailand.
Thai Wind (T-Wind), Sebuah Terminologi
Dalam beberapa literatur online (Giglifepro, 2022; Thairath, 2016), terminologi Thai Wind atau T-Wind mulai diperkenalkan untuk mendeskripsikan fenomena budaya pop Thailand mulai dari T-pop (musik), T-film (film), lakorn/lakhon (drama seri), dan Y Series (disebut juga Wai Series yaitu drama bergenre Boys Love). Pun demikian, istilah ini belum banyak digunakan secara luas baik oleh media maupun para sarjana.
Alih-alih T-Wind, beberapa media online menggunakan istilah Thai Invasion untuk menjelaskan invasi global budaya pop Thailand (Bangkok101, 2021). Namun, saya pribadi lebih menyukai term T-Wind karena memiliki filosofi seperti angin yang berhembus menyebarkan budaya pop Thailand ke seluruh dunia.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas beberapa produk budaya pop Thailand, yaitu genre musik pop, sinema film dan lakorn, dan genre Boys’ Love Thailand yang disebut juga Y Series.
Thai Pop (T-Pop): Musik Pop Thailand
Setidaknya ada empat genre dalam musik Thailand (Eamsa-Ard, 2006), yaitu 1) Pleng Lukgrung, yaitu musik istana yang muncul pada tahun 30-an dan didengarkan oleh kelompok elit dan kaum urban, 2) Pleng Lukhtung, yaitu musik rakyat atau folk yang berkembang pada pertengahan tahun 40-50-an dan didengarkan oleh kelas pekerja di pedesaan, 3) Pleng String, yaitu musik pop yang berkembang pada tahun 70-70-an dan didengarkan oleh anak muda perkotaan, dan 4) Pleng Puea Chiwit, yaitu musik kehidupan atau semacam musik indie/patriotik yang berkembang pada tahun 70-an dan biasanya dimainkan saat demonstrasi mahasiswa dan buruh. Dari keempat genre musik tersebut, pleng string kemudian berkembang menjadi Thai pop (T-Pop) dan menjadi arus utama pada 90-an.
T-Pop memang belum banyak didengarkan oleh publik Indonesia. Namun, banyaknya idol K-Pop yang berasal dari Thailand seperti Lisa BLACKPINK dan Nichkhun 2PM memberikan dampak terhadap T-Pop. Sebagai contoh, Lisa BLACKPINK yang mempopulerkan crab dance (tarian kepiting) Thailand di acara televisi Korea “Knowing Brothers” pada tahun 2020.
T-Film dan Lakorn: Sinema Thailand
Sejak pertengahan tahun 2000-an, Thailand bisa dikatakan sebagai raja film horor di Asia Tenggara. Film Shutter (2004) misalnya, karya sutradara Banjong Pisanthanakun dan Parkpoom Wongpoom ini telah berkali-kali didapuk sebagai salah satu film horor terbaik dunia (Casalena, 2016; IMDB, 2015). Selain itu, Pee Mak (2013) juga berhasil mencetak sejarah sebagai film terlaris sepanjang sejarah Thailand. Rekor Pee Mak kemudian dikalahkan oleh film Bad Genius pada 2017. Tidak hanya laris di pasar domestik, film bergenre heist (perampokan) ini juga laris manis di pasar Hongkong, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan (BangkokPost, 2017; SCMP, 2017).
Selain film, lakorn juga banyak digemari. Sebagian besar lakorn merupakan adaptasi dari novel, dan komik. Beberapa di antaranya juga merupakan remake (pembuatan ulang) dari drama Korea dan Jepang. F4 Thailand: Boys Over Flowers (2020) dan Classic Again (2020) adalah contoh lakorn yang diadaptasi dari drama seri yang telah sukses di pasaran. Selain itu, ada pula lakorn yang terinspirasi dari kisah nyata yaitu Thai Cave Rescue (2022) yang menceritakan kisah penyelamatan dramatis tim sepakbola yang terjebak di gua selama sembilan hari pada tahun 2019.
T-Film dan lakorn memang jarang ditayangkan di stasiun televisi nasional. Namun, penayangan produk sinema Thailand di aplikasi streaming seperti Netfilx dan Viu memberikan dampak substansial terhadap penyebaran T-Film dan lakorn. Kedekatan situasi sosial budaya antara Thailand dengan Indonesia membuat lakorn terlihat familiar bagi orang Indonesia. Visual aktor, interaksi sosial, sopan santun, pakaian, makanan, dan moda transportasi membuat lakorn terasa akrab dengan kehidupan sehari-hari orang Indonesia. Selain itu, elemen budaya yang muncul dalam lakorn membuat penonton menemukan eksotisme kultur Thailand melalui layar kaca.
Y Series: Genre Boys’ Love dari Thailand
Yang menarik, Y Series atau genre Boys’ Love dianggap sebagai produk utama dari fenomena T-Wind secara transnasional. Meskipun mengandung unsur percintaan sesama jenis antar dua karakter laki-laki, Y Series berhasil menggaet perhatian penonton internasional, termasuk Indonesia. SOTUS The Series (2016) dan 2Gether The Series (2020) menjadi dua contoh Y Series yang paling populer di Indonesia. Beberapa pasang aktor Y Series seperti Krist Perawat-Singto Prachaya dan Bright Vachirawit-Win Metawin pun pernah melakukan fan meeting (jumpa penggemar) di Jakarta yang dihadiri ribuan penggemar. Bright Vachirawit bahkan didapuk sebagai teman belajar Ruangguru pada 2021 dan brand ambassador minuman Ichitan pada 2022.
Pun demikian, keberadaan Y Series masih menimbulkan perdebatan di kalangan publik. Adanya adegan seksual sesama jenis yang ditampilkan membuat sebagian kalangan merasa resah karena dianggap tidak sesuai dengan norma dan agama yang ada Indonesia. Apalagi pemerintah Indonesia belum menaruh perhatian besar terhadap konten seksual dalam Y Series yang dapat diakses secara bebas oleh anak dan remaja melalui aplikasi streaming.
Terlepas dari pro dan kontra Y Series, Thailand telah memulai proses invasi budaya pop melalui fenomena T-Wind secara transnasional. Dalam konteks film dan drama, tersedianya berbagai variasi genre, visual artis yang menarik, dan sinematografi yang tertata baik membuat semakin banyak penonton yang mulai melirik. Ditambah lagi, melejitnya beberapa penyanyi Thailand di kancah internasional seperti Youngohm, Nont Tanont, dan Slot Machine.
Berbagai fan service yang diberikan oleh selebritis Thailand seperti menyapa fans baik secara langsung maupun di media sosial, melakukan tos (high five), bersalaman, dan foto bersama membuat para thaienthu atau fans T-Wind merasa lebih dihargai. Sensasi mudah didekati inilah yang membuat para thaienthu akrab dan tak berjarak dengan idolanya. Tak mengherankan, jika berbagai fandom mulai bermunculan di Indonesia seperti Bright Fanclub Indonesia dan Team Peraya Indonesia. Geliat hembusan “angin” yang ditiupkan Thailand, boleh jadi akan membuat negara gajah putih ini dapat menjelma sebagai produsen budaya pop yang diperhitungkan di pasar global.
Referensi
Bangkok101. (2021). Thai Invasion Hits the Asian Pop Culture Scene. Bangkok 101. https://www.bangkok101.com/thai-invasion-hits-the-asian-pop-culture-scene/
BangkokPost. (2017). The Genius of Thai cinema. Bangkok Post. https://www.bangkokpost.com/life/arts-and-entertainment/1345910/the-genius-of-thai-cinema
Casalena, E. (2016). The 16 Best International Horror Movies of All Time. Screenrant. https://screenrant.com/best-international-horror-movies-of-all-time/
Eamsa-Ard, L. (2006). Thai Popular Music: The Representation of National Identities and Ideologies within a Culture in Transition [Edith Cowan University]. https://ro.ecu.edu.au/theses/62/
Giglifepro. (2022). Thai Pop ( T-pop ). https://giglifepro.com/articles/thai-pop-t-pop
IMDB. (2015). The Top 25 Foreign Horror Movies of All Time. IMDB. https://www.imdb.com/list/ls079781038/
Rastati, R. (2020a). Film Bad Genius, Masih Ada Moralitas. Kumparan. https://kumparan.com/rannyrastati/film-bad-genius-masih-ada-moralitas-1u5c8DvBoGb
Rastati, R. (2020b). Naiknya Thai Pop Culture dan Masa Depan Indonesian Pop (Indo Pop). PMB BRIN. https://pmb.brin.go.id/naiknya-thai-pop-culture-dan-masa-depan-indonesian-pop-indo-pop/
SCMP. (2017). What Thai blockbuster ‘Bad Genius’ means for Asian cinema. South Cina Morning Post. https://www.scmp.com/magazines/style/news-trends/article/2107228/what-thai-blockbuster-bad-genius-means-asian-cinema
Thairath. (2016). บันเทิงไทยเจาะตลาดอาเซียน : รู้เขารู้เรา “T-wind” เป็นไปได้หรือแค่ฝัน? Thairath. https://www.thairath.co.th/content/559623
_____________________________________
*) Opini dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB BRIN
_______________________________________
Tentang Penulis
Ranny Rastati adalah peneliti Komunikasi Media di Pusat Riset Masyarakat dan Budaya – Badan Riset dan Inovasi Nasional (PMB – BRIN). Saat ini, ia sedang melanjutkan studi doktoral di Departemen Media dan Komunikasi, Universiti Malaya – Malaysia dengan beasiswa penuh dari LPDP. Fokus kajiannya berupa komunikasi dan budaya pop khususnya dari Korea dan Jepang. Ia dapat dihubungi melalui email ranny.rastati@gmail.com.
Diunggah oleh

Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore
Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75”
Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape
Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial
[…] Artikel ini pertama kali diterbitkan di Website PMB BRIN pada 25 November 2022. Link artikel asli https://pmb.brin.go.id/thai-wind-t-wind-angin-segar-dari-budaya-pop-thailand-dari-musik-film-hingga-… […]