_DSC0081Kamis, 3 Maret 2016 | Pk.15.30

JAKARTA – Pusat Penelitan Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2KK LIPI) menyelenggarakan Seminar Rancangan Penelitian tahap kedua pada hari Kamis, 3 Maret 2016. Seminar ini memberikan kesempatan bagi empat tim Penelitian Bahasa dan NKRI serta satu tim Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) untuk mempresentasikan rancangan penelitian timnya. Seminar yang berlangsung pada Pk.08.45-Pk.15.15 WIB ini dibuka dan ditutup oleh Drs. Abdul Rachman Patji, M.A., selaku Koordinator Payung Penelitian Bahasa dan NKRI.

Presentasi tim pertama berjudul “Peran Bahasa dan Budaya dalam Konteks Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Aceh” disampaikan oleh Aziz Suganda, S.H., M.Si. Tim kedua diwakili oleh Leolita Masnun, S.H., M.A., mempresentasikan rancangan penelitian yang berjudul “Peran Bahasa dan Budaya dalam Konteks Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Papua”. Rancangan penelitian dari kedua tim ini dianalisis dan dibahas oleh Prof. Dr. Multamia Retno Mayekti Tawangsih Lauder, S.S., Mse., DEA., dan dimoderatori oleh Anggy Denok Sukmawati, M.A. Meskipun Prof. Multamia berhalangan hadir, tetapi beliau mengirimkan hasil pembacaan dan pembahasan rancangan penelitian kedua tim. Ada beberapa masukan yang diberikan oleh Prof. Multamia, salah satu yang menonjol adalah masukan mengenai kurangnya data kebahasaan yang berhubungan dengan peran dan fungsi bahasa dalam konteks persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Masukan ini sejalan dengan saran dan pertanyaan dari beberapa peserta seminar. Dr. M. Sobary, misalnya, mempertanyakan kurang dibahasnya masalah kebudayaan dalam kedua rancangan penelitian tersebut. Menurut beliau, kedua rancangan penelitian tersebut terlalu fokus membahas masalah bahasa dan melupakan masalah kebudayaan.

Pada sesi berikutnya, Dr. Anas Saidi mempresentasikan racangan penelitian dari Tim EWIN yang berjudul “Ekspedisi Widya Nusantara Sumba (Penguatan Masyarakat dan Pemerintahan Lokal di Pulau-Pulau Terdepan)”. Pada sesi ini, yang bertindak sebagai moderator adalah Ranny Rastati, M.Si., dan pembahasnya adalah Dr. M. Sobary. Pembahas memberikan tanggapan yang positif terhadap rancangan penelitian dari Tim EWIN. Menurut pembahas, selama ini banyak peneliti yang menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) sehingga peneliti seolah-olah berjarak dari masyarakat yang ditelitinya. Hal itu dilakukan dengan alasan bahwa ilmu pengetahuan hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan itu sendiri. Peneliti seolah-olah tidak bersentuhan dengan manusia, kebudayaan, dan masyarakat. Namun, Tim EWIN berhasil untuk menghindari hal tersebut dan dapat memaksimalkan penggunaan metode PAR dalam penelitiannya. Selain dari pembahas, ada beberapa saran dari peserta seminar. Prof. Dr. Johanis Haba, misalnya, memberikan saran agar Tim EWIN juga menyentuh masalah tradisi pemakaman di Sumba yang menghabiskan banyak biaya dan oleh karena itu membuat masyarakat Sumba tidak bisa lepas dari kemiskinan yang selama ini menghimpit mereka. Drs. Abdul Rachman Patji, M.A., menyatakan bahwa selain berada dalam himpitan kemiskinan, ada satu masalah lagi yang perlu menjadi perhatian, yaitu rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Sumba. Namun, selain memperhatian kedua masalah tersebut, Tim EWIN juga diharapkan bisa mengangkat sektor pariwisata yang memang merupakan salah satu andalan dari Pulau Sumba.

Sesi terakhir diisi oleh presentasi dari dua tim, yaitu Tim DIPA Bahasa di NTT dan Kalimantan Barat. Tim NTT yang diwakili oleh Prof. Dr. Johanis Haba mempresentasi rancangan penelitian yang berjudul “Peran Bahasa dan Budaya dalam Konteks Persatuan dan Kesatuan Bangsa di NTT”. Sementara itu, Tim Kalimantan Barat yang diwakili oleh Dr. M. Alie Humaedi, M.Ag., mempresentasikan rancangan penelitian yang berjudul “Peran Bahasa dan Budaya dalam Konteks Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Kalimantan Barat”. Rancangan penelitian kedua tim ini dibahas oleh Abdul Mun’im D.Z dengan moderator Imelda, M.Hum. Bapak Abdul Mun’im memberikan beberapa masukan yang penting. Salah satunya adalah mengenai bahasa jenis bahasa yang akan dijadikan data kebahasaan oleh tim penelitian. Pembahas menyarankan agar tim peneliti lebih mengarah pada pengumpulan data bahasa lisan (parole) daripada bahasa tulis. Hal itu disebabkan bahasa lisan adalah bahasa yang terus mengalami perkembangan, bahkan kadang perkembangan bahasa lisan itu terjadi sangat cepat. Selain itu, pembahas juga menyarankan tim penelitian untuk melihat komunitas-komunitas yang ada di lokasi penelitian, tidak hanya komunitas yang ada berdasarkan suku tetapi bisa juga melihat komunitas-komunitas pekerjaan yang ada di sana. Selain pembahas, peserta seminar juga memberikan pertanyaan yang menarik untuk tim peneliti. Prof. Dr. Herman Hidayat, misalnya, memberikan pertanyaan mengenai intervening variable (variabel yang mempengaruhi variabel dependen dan independen) apa yang mempengaruhi pergesaran bahasa dan budaya baik di NTT maupun di Kalimantan Barat. Selain itu, Drs. Dede Wardiat juga memberikan pertanyaan mengenai bagaimanakah budaya lokal bisa menyusun budaya nasional yang kokoh.

Seminar berjalan lancar dan efektif. Masing-masing tim mendapat banyak masukan, baik dari pembahas maupun peserta. Masukan-masukan tersebut diharapkan dapat menguatkan rancangan penelitian yang telah dibuat oleh masing-masing tim. (Anggy Denok Sukmawati)