Jakarta, 29 September 2016 | Pk. 10.00 WIB
JAKARTA- Pada hari Jum’at 29 Juli 2016 diadakan seminar intern di P2KK-LIPI. Seminar yang dipaparkan oleh Hayaruddin Siagian ini mengangkat judul “Kesiapan Masyarakat Lokal Dalam Mengembangkan Danau Toba Sebagai Destinasi Pariwisata”.
Tema ini diangkat karena Danau Toba sejak awal tahun ini sedang menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan sebagai daerah wisata yang diharapkan nantinya dapat menjadi seperti “Monaco of Asia”. Pemapar menceritakan ada banyak yang dimiliki Danau Toba, antara lain; (1) Danau vulkanik terbesar di dunia (2) Dikelilingi oleh tujuh kabupaten yang memiliki potensi alam dan budaya yang beraneka ragam (3) Pulau Samosir yang berada ditengah-tengah danau toba memiliki luas 647 km2 dan di dalamnya terdapat dua buah danau yaitu Aek Natonang dan Danau Sidihoni (danau di atas danau), kemudian ada sawah terasering yang indah, dan beberapa air terjun yaitu air terjun simangande dan air terjun pangaribuan.
Namun di tengah potensi tersebut menurut pemapar ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Danau Toba, yaitu konsistensi pemerintah dalam pembangunan proyek raksasa ini sebab membutuhkan dana triliunan, ketidaksiapan masyarakat lokal menghadapi budaya pariwisata seperti tidak transparannya pedagang membuat harga menu makanan, dan kebersihan yang tidak terjaga, konflik hak ulayat yang banyak terjadi, dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan Kerambah Jaring Apung (KJA) yang pada awalnya adalah program pengentasan kemiskinan yang ditelurkan pemerintah pada tahun 1988, kini hamper semua bibir pantai telah ditutupi KJA milik masyarakat dan investor asing. Hal ini mengakibatkan kualitas air danau menjadi kotor dan berbau akibat limbah pakan ikan, akhirnya banyak ikan yang mati, serta menurunkan jumlah wisatawan.
Ada empat rencana besar yang ditetapkan dalam rapat kabinet terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo sebagai bentuk keseriusan pemerintah untuk mengembangkan kawasan pariwisata Danau Toba. Pertama, pembersihan air dari limbah KJP dengan teknologi pompa. Kedua, optimalisasi hasil produksi dari setiap kawasan seperti buah dan sayur). Ketiga, membangun infrastruktur seperti jalan, bandara udara, dan pelabuhan. Dan keempat, penguatan sisi sejarah Danau Toba.
Kesimpulan dari pemapar bahwa pemerintah pusat sudah siap dengan segala konsep pembangunan serta penataan Danau Toba, namun belum ada tindakan konkrit. Oleh karena ini badan otorita Danau Toba yang dibentuk sebagai tim pembangunan pariwisata harus segera direalisasikan agar rencana tidak sekedar menjadi wacana. Kemudian yang lebih penting lagi adalah menyiapkan kesadaran masyarakat sekitar, untuk pembenahan sikap agar lebih sopan, ramah, dan bersih.
Seminar ini berjalan dengan interaktif, dimana salah satunya berupa masukan dari peserta seminar yang muncul dari Azzam Manan, bahwa tema yang disampaikan belum banyak mengupas tentang kesiapan masyarakat lokal dalam pengembangan Danau Toba sebagai destinasi pariwisata, dari halaman ke halaman lebih banyak membahas berbagai macam isu yang tidak mengarah. Oleh karena itu diperlukan perbaikan terkait tujuan dari penulisan sehingga didapatkan hasil tulisan yang tersusun dengan sistematika jelas. (Maulida Illyani)
Diunggah oleh
Unggahan lainnya
Artikel2020.09.25Mabar Sebagai Proses Membangun Kesenangan Kolektif
Berita2020.09.16Nilai-nilai Penting, Data Penelitian Sosial dan Kemanusiaan Jadi Aset Berharga
Artikel2020.09.09COVID-19, Konspirasi, dan Ketahanan Teknososial
Artikel2020.09.04Padungku: Kultur Gotong Royong dan Persaudaraan di Tanah Poso, Morowali, dan Tojo Una-una Sulawesi Tengah