SBY Rapatkan Barisan Tribun Kaltim 1 September 2010RAPATKAN barisan, istilah ini bermakna siap siaga. Pasukan bala tentara tidak boleh terpencar-pencar, harus bersatu padu dan waspada ketika menghadapi bahaya. Indonesia sedang mengahapi bahayakah? Tampaknya begitu, setidaknya tersirat dari ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kepala Negara minta agar merapatkan barisan terkait masalah Indonesia-Malaysia, dan menurut rencana Rabu (1/9) malam ini di Cilangkap, Mabes TNI, Presiden akan menyampaikan pernyataan terkait konflik Indonesia-Malaysia. Pemilihan tempat penyampaian pernyataan menyimbolkan penegasan kesiapan TNI menjaga kedaulatan negara.

“Secara simbol, pemilihan Markas Besar TNI merupakan penegasan dari yang dikatakan oleh Panglima TNI bahwa siap menjaga kedaulatan negara,” kata pengamat militer dan pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramodhawardani di Jakarta, Selasa (30/8).

Jaleswari juga memandang pemilihan Mabes TNI sebagai lokasi juga bertujuan untuk meredam ketegangan dua negara yang terjadi. Khususnya ketegangan di dalam negeri menyusul insiden penahanan tiga petugas DKP Kepulauan Riau oleh kepolisian Malaysia dua pekan lalu.

Namun ditegaskannya, jauh lebih penting adalah tindak lanjut dari pesan yang Pesiden SBY sampaikan. Pernyataan sikap tegas pemerintah bisa menjadi hambar dan gagal meredam gejolak masyarakat, jika tidak diikuti langkah konkret.

SBY mengatakan, sejumlah batas wilayah maritim antara Indonesia dengan Malaysia masih belum jelas. Persoalan saling klaim wilayah pun sering kali muncul. SBY meminta, Malaysia bersungguh-sungguh menyelesaikan perundingan batas wilayah maritim dengan Indonesia.

“Saya juga ingin dorong atar Malaysia lebih sungguh-sungguh untuk menyelesaikan perundingan batas wilayah maritim seraya menjaga hubungan baik,” katanya. SBY mengatakan, hubungan baik RI-Malaysia selama ini telah memberikan manfaat kepada rakyat.

Terkait batas wilayah itu, SBY telah mengirim surat kepada PM Najib Tun Razak. Menlu Indonesia dan Menlu Malaysia akan bertemu 6 September di Kinabalu membahas masalah polkam, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Ini merupakan pertemuan tahunan yang biasanya digelar November, namun dipercepat karena situasi yang memanas belakangan ini.

Mabes TNI digunakan sebagai lokasinya menyampaikan pernyataan atas hubungan RI- Malaysia, memang menyiratkan pesan tertentu yaitu ketegasan sikap Indonesia terus menjaga hubungan baik dengan Malaysia tapi tidak berkompromi bila menyangkut kedaulatan negara.

“Itu isyaratkan ketegasan sikap kita. Bagaimanapun kita tetap menghormati dan menjaga hubungan baik, tetapi tidak akan membiarkan bila menyangkut kehormatan bangsa kita sebagai bangsa berdaulat,” ujar Jubir Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Selasa (31/8).

Pernyataan yang akan disampaikan Rabu malam, menurutnya mempunyai tujuan ke luar dan ke dalam. Tujuan ke luar adalah pesan kepada rakyat Malaysia pada umumnya dan pemerintah Malaysia pada khususnya yang tengah menyusun jawaban resmi terhadap surat yang Presiden SBY kirim Jumat pekan lalu.

Sedangkan tujuan ke dalam adalah penegasan kepada suluruh rakyat Indonesia mengenai prinsip dasar setiap hubungan diplomatik Indonesia. Khususnya kepada pihak-pihak yang masih terus meragukan sikap tegas pemerintah ketika menghadapi kasus-kasus dengan Malaysia. “Semoga pesan ini memberi kejelasan kepada seluruh rakyat Indonesia yang masih mempertanyakan ketegasan sikap pemerintah,” ujar Julian.

Meski dirilis di Cilangkap, bukan berarti pernyataan Presiden malam ini akan mengatakan: Perang melawan Malaysia! Karena memang falsafah Indonesia tidak akan melakukan perang, apalagi dengan Malaysia. Pernyataan sekeras apapun yang dikeluarkan oleh Presiden atas kasus itu bukan untuk berperang, melainkan menyelesaikan semua persoalan itu melalui meja perundingan.

Jadi jangan punya pendapat bahwa Presiden akan memaklumkan perang, sangat jauh jangkauan itu. Perang bukan pilihan pemerintah, meski kita mengetahui beberapa ormas dan sejumlah elemen mahasiswa begitu gencar melakukan unjuk rasa agar pemerintah berani tegas menghadapi Malaysia.

Bagi pemerintah pengertian tegas itu barangkali adalah mengajak Malaysia maju ke meja perundingan. Sedangkan sebagian warga masyarakat ‘pengunjuk rasa’, berharap pemerintah berani mengultimatum Malaysia agar meminta maaf kepada Indonesia atas insiden penangkapan tiga orang PNS DKP itu.

Celakanya, belum lagi Indonesia menyampaikan ultimatun, justru Perdana Menteri Malaysia sudah mengultimatun pemerintah Indonesia, agar bisa mengendalikan aksi demo yang bersifat menghina Malaysia. Dalam kasus ini kita sudah bisa menghitung sekor 2:0 untuk Malaysia.

Sedangkan Presiden SBY baru hari ini akan menyampaikan statemen resmi atas persoalan itu. Jadi tenang, peace…peace! Indonesia negara yang menghormati perdamaian, mengedepankan perundingan, menjauhkan diri dari konflik –dengan Malaysia. (*)

Judul                     : SBY: Rapatkan Barisan!

Sumber                : Tribun Kaltim

Tautan Gambar   : http://international.okezone.com/komentar/read/2009/11/12/18/274755/index_news.html

Jenis                     : Berita

Tanggal                : Rabu, 1 September 2010

Penulis                 :