Jakarta, Humas BRIN. Dua tahun sudah kita hidup berdampingan dengan virus Corona. Hal tersebut telah mengubah aspek sosial budaya dan perubahan proses interaksi. “Riset bidang Sosial Budaya turut berperan dalam menghadapi permasalahan yang terkait dengan Covid-19,” tutur Plt. Kepala Kantor Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lilis Mulyani, saat mengawali Forum Diskusi Budaya seri 23 secara daring, tema “Riset Sosial Budaya Dalam Pengendalian Covid-19” pada Senin, (4/10).
Plt. Kepala Kantor Pusat Riset Kependudukan BRIN, Herry Yogaswara, mengatakan bahwa Riset ini awalnya didasarkan pada adanya suatu kebutuhan untuk kebijakan cepat penanganan Covid-19, pada Maret 2020. Saat itu, pada situasi tanggap darurat dibutuhkan pemikiran yang cepat, akurat dan berbasis pada stock pengetahuan dari berbagai komunitas riset. “Pentingnya melakukan kolaborasi berbagai pihak, berbagai disiplin ilmu, latar belakang kelembagaan dan berbagai karakter,” jelas Herry. “Pada riset ini diperkenalkan pembelajaran metode seperti survey online, FGD online dan wawancara berjarak,” imbuhnya.
Menurut Herry, hasil riset yang diterbitkan dalam buku ini dapat digunakan sebagai dokumen pembelajaran. “Menjadi tulisan yang dapat dibaca publik dan mengetahui panggung depan dan panggung belakang riset Sosial Humaniora pada satu waktu tertentu (Maret 2020-Maret 2021), serta pembelajaran tentang Metode Riset Digital (MRD) di Kedeputian Bidang IPSK LIPI ,” sambung Herry.
Selanjutnya menurut peneliti Pusat Riset Kependudukan, BRIN, Rusli Cahyadi, bahwa riset yang dilakukan oleh Panel Ilmu Sosial mesti dilihat dampaknya bersama dengan riset-riset tentang topik serupa yang dilakukan oleh pihak lain. “Seperti terkait soal mobilitas dan transportasi yang juga dilakukan oleh Kementerian Perhubungan serta lembaga lain,” ucap Rusli. Sisi lain dari Buku ini, Rusli menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang mengkritisi pemerintah yang tidak konsisten dalam pengambilan kebijakan, sehingga sering kali hal ini membingungkan masyarakat.
Kemudian secara lengkap juga disampaikan peneliti senior Pusat Riset Kependudukan BRIN, Denny Hidayati, mengatakan bahwa tujuan dari buku ini ada tiga hal utama,yaitu: (1). Mendukung science based policy, untuk memberikan masukan pada pemerintah/Gugus Tugas untuk menekan laju penyebaran dan pengendalian Covid-19; (2). Knowledge production, usaha mengidentifikasi dan menjelaskan permasalahan kehidupan dan penghidupan yang dihadapi masyarakat terkait dengan pandemi Covid-19, serta mencari solusi pemecahan masalah terkait hal tersebut; (3). Knowledge management, usaha untuk mendokumentasikan, mengkomunikasikan dan mendistribusikan pengetahuan terkait dengan persepsi, sikap dan perilaku masyarakat menghadapi pandemi dan upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan.
Sebagai pembelajaran dari buku ini, Denny menyebutkan: (1). Masyarakat mengharapkan adanya validasi dan transparansi terkait informasi dan data, komunikasi informasi yang dibutuhkan seperti ketersediaan, kejelasan, kelengkapan, kecepatan cara dan sasaran: (2). Adanya usaha untuk membangun dan merubah persepsi masyarakat tentang Covid-19 menjadi perilaku yang mendukung pengurangan resiko dan yang terpenting adanya keterlibatan semua stakeholders mulai dari pemerintah, masyarakat dan tokoh-tokoh (agama dan budaya). (3). Kejadian bencana-bencana tahun lalu yang pernah terjadi , tidak menjadi lesson learn terkait bagaimana kita dalam menangani pandemi yang sebenarnya sudah pernah menyerang Indonesia. “Hal ini dikarenakan tidak adanya data yang dapat dipahami sebagai dasar pengambilan kebijakan dan penanganan yang lebih baik,” pungkas Denny (rdn/ed: mtr)

_________________________

*) Berita dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB BRIN

Ilustrasi: Shutterstock