Home Artikel Program Revitalisasi Bahasa Berbasis Keluarga Alternatif Antisipasi Kepunahan

Program Revitalisasi Bahasa Berbasis Keluarga Alternatif Antisipasi Kepunahan

0

Jakarta, Humas LIPI. Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tahun pada 2 Mei,telah meletakkan dasar yang kuat akan pentingnya pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan bangsa. “Sehingga semua masyarakat Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan,” demikian sambutan Nur Tri Aries Suestiningtyas, Sekretaris Utama LIPI pada acara Talk To Scientist “Semangat Belajar Mengeksplorasi Ilmu Pengetahuan” secara daring pada Selasa (4/5). Menurut Nur, LIPI dalam sejarahnya telah lama berkiprah dalam pendidikan, pengenalan science dan juga pembimbingan serta terbukanya science untuk umum seperti membuka fasilitas laboratorium untuk umum juga pembimbingan penelitian anak-anak remaja untuk lebih mencintai science. “ Kontribusi LIPI yaitu : Science for Science, Science for Steakholders dan Science for Society,” tegas Nur.

Sementara Katubi, peneliti bahasa di  Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya LIPI, mengatakan bahwa tahapan revitalisasi bahasa diantaranya melalui pendidikan, sebagai upaya menyelamatkan Bahasa Daerah yang hampir punah.  “Di Indonesia ada sekitar 700-an bahasa daerah dan 400 bahasa ada di Indonesia Timur terancam punah,” tegasnya. Dikatakan Katubi, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terancam punahnya suatu Bahasa, yaitu: Adanya penaklukan, pagebluk, tekanan ekonomi dan kontak Bahasa, politik bahasa serta budaya yang dapat meleburkan bahasa.

Hal tersebut akan sangat merugikan baik terhadap komunitas maupun dunia ilmu pengetahuan. “Bagi komunitas adalah punahnya bahasa sama dengan hilangnya identitas budaya juga punahnya bahasa sama dengan punahnya ungkapan artistik dalam tradisi lebih jauh lagi adalah dengan punahnya bahasa sama dengan punahnya pengetahuan budaya,” jelas Katubi. “Sedangkan kerugian bagi dunia ilmu pengetahuan adalah punahnya bahasa merupakan ancaman terhadap pemahaman kita tentang sejarah manusia, kognisi manusia dan dunia hayati,” imbuhnya.

Lebih lanjut Katubi menegaskan bahwa, tidak ada satu rute revitalisasi yang cocok untuk semua bahasa yang hampir punah, karena memerlukan pandangan  jangka panjang tentang proses revitalisasi atau proses antar generasi. “Karena tidak ada bahasa yang tidak dapat diapa-apakan sama sekali selalu ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk bahasa yang dalam kategori punah. Sebenarnya perencanaan bahasa berbasis komunitas harus terpusat pada manusia dan komunitasnya dan bukan pada bahasa itu sendiri,”tegasnya.

Tahapan revitalisasi bahasa ada beberapa, seperti melalui pendidikan. “Tidak semua revitalisasi bahasa harus melalui muatan local, sebaiknya merancang program revitalisasi bahasa berbasis keluarga di rumah,” ungkap Katubi. Selain itu juga dapat memanfaatkan teknologi digital, hal ini berpengaruh pada dokumentasi bahasa modern selain itu juga dapat menjajagi kemungkinan baru yang dapat dicapai melalui jejaring sosial, video , streaming, smartphones, kamus bicara secara digital, pemanfaatan media sosial dan sebagainya,ungkapnya. “Mari kita merawat kekayaan bahasa daerah sebagai laboratorium terbesar kedua di dunia dengan memanfaatkannya secara positip dan menjunjung tinggi bahasa kita, Bahasa Indonesia,” pungkas Katubi. (Rdn/Ed:mtr)

_____________________

*) Berita dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB LIPI

*) Ilustrasi: Shutterstock

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NO COMMENTS

Exit mobile version