[Berita no.4, Maret 2022]
Jakarta – Humas BRIN. Jalur Rempah adalah sebuah narasi sejarah yang menghubungkan titik-titik di seluruh nusantara ini ke dalam satu kesatuan. Jalur Rempah bukan hanya sebatas rempah yang menjadi komoditas belaka. Di dalamnya, terjadi pertukaran budaya, agama, kesenian, bahasa, dan berbagai macam ekspresi kebudayaan lainnya. Menurut Dedi S. Adhuri, peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya- BRIN, dalam acara webinar Seminar Riset Desain Rumah Program Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora tentang Jejak Jalur Rempah (Maritim) di Indonesia Timur, pada Senin (07/03) lalu.
Dirinya berharap penelitian ini bisa berkontribusi untuk mengekspansi, menguatkan gerakan jalur rempah, mengedepankan segi substansi, dan membuka diskursusnya yang belum banyak disentuh oleh diskursus dominan saat ini. “Selain itu, riset ini nantinya menggerakan, tidak hanya menjadi state project tetapi sebuah gerakan riset yang lebih mendalam dan komoditanya tidak hanya rempah,” terang Dedi.
Dedi menyusun beberapa pertanyaan untuk diteliti dalam risetnya. Di antaranya, ia menyebutkan, tentang jejak kapitalisme, perubahan ekologis dan relasi manusia, infiltrasi lembaga negara dan keagamaan, perubahan struktur sosial, dan relasi manusia dengan teknologi yang bisa ditemukan dalam lanskap kemaritiman.
Lebih lanjut Dedi menegaskan bahwa jejak tersebut bisa membuka pengetahuan tentang lapisan-lapisan assemblage jalur maritim atau jalur rempah, baik lapisan assemblage lanskap yang sudah hilang atau yang masih berlanjut sampai kini.
Penelitian ini akan menggunakan metode arts of foticing and Following trails atau seni memerhatikan. ”Riset ini akan memperhatikan jejak relasi manusia dan manusia-non manusia yang tercetak pada lingkungan serta praktik sosial-budaya. Riset pada bagian lainnya memerhatikan dan memahami berbagai cara konstruksi lanskap jalur maritim/rempah dan konektivitas yang terjalin”, ungkap Dedi.
Dedi menargetkan penelitian ini akan menghasilkan output berupa produksi pengetahuan yang kritis tentang jalur rempah dan kompleksitas jaringan maritime, dalam terbitan Jurnal Internasional. “Riset ini diharapkan berdampak dalam membuka jalan terhadap ranah kajian jalur rempah yang lebih terbuka melalui cara produksi pengetahuan yang bottom up, serta memperluas ranah perspektif kajian lanskap maritim di Indonesia dengan mengkaji secara kritis perubahan relasi antara manusia dengan lingkungan non-manusia,” pungkasnya. (Nani Suryani
/Editor: Suhendra Mulia, Dyah Rahmawati)
______________________________________
*) Berita dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB BRIN
Diunggah oleh
Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75” Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial