[Masyarakat & Budaya, Volume 18, Nomor 10, Mei 2021]
Oleh Fani Sujono (Investor Milenial)
Pada akhir April lalu, viral kasus penangkapan babi ngepet di Depok. Yang menarik, dalam video muncul sosok perempuan bernama ibu Wati yang melontarkan tuduhan bahwa tetangganya mendapatkan kekayaan melalui babi ngepet. Dikutip dari video Youtube (Tribunnews.com) pada tanggal 29 April 2021 ibu Wati berkata, “Saya dari kemarin sudah pantau orang ini, Pak, dia ini nganggur tapi uangnya banyak!”. Netizen yang familiar dengan investasi melalui saham dan mata uang kripto pun riuh di berbagai media sosial hingga memunculkan semboyan baru, ‘sukseslah dalam trading sampai disangka babi ngepet!’.
Berinvestasi Selama Pandemi Covid-19
Pandemi COVID-19 yang mulai menyebar secara global sejak awal tahun 2020 telah mengubah banyak hal secara drastis. Masyarakat pun mulai menyadari pentingnya investasi dan cara kelola uang. Hal ini karena berbagai sektor usaha mengalami kemunduran sehingga pemotongan gaji dan pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi. Menurut survei yang diselenggarakan oleh Mckinsey pada Mei 2020 (Chan dkk, 2020), sebanyak 58% responden menunda pembelian barang elektronik, perhiasan, fashion, dan kendaraan karena khawatir akan keberlangsungan pekerjaan dan pendapatan yang diterima selama pandemi. Oleh karena itu, banyak orang khususnya yang memiliki akses ke internet mulai mencari sumber penghasilan baru yang dapat dilakukan dari rumah, salah satunya melalui bursa saham dan mata uang kripto.
Fenomena ini terlihat dari semakin tingginya jumlah investor di pasar saham Indonesia. Saham adalah bukti kepemilikan nilai atau modal pada suatu perusahaan terbuka yang dijual-belikan melalui pasar saham. Salah satu keuntungan pemilik saham yaitu berhak mendapatkan dividen atau bagi hasil sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya sehingga dapat dijadikan alat investasi. Menurut data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) (Statistik Pasar Modal Indonesia, April 2021), jumlah Single Investor Identification (SID) di pasar modal pada akhir April 2021 lebih dari 5 juta investor. SID adalah nomor identitas yang dikeluarkan oleh KSEI kepada setiap individu yang mendaftar sebagai investor di pasar modal Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan investor naik secara signifikan yang terlihat dari data SID yang terus bertambah. Berdasarkan data KSEI (Statistik Pasar Modal Indonesia, April 2021), pada akhir 2019 hanya terdapat 2,48 juta investor, tapi pada akhir tahun 2020 meningkat menjadi 3,88 juta SID atau naik 56,21%.
Selain saham, masyarakat pun menambah portofolio investasi pada mata uang kripto atau cryptocurrency. Menurut Investopedia (Frankenfield, 2021), cryptocurrency adalah mata uang virtual yang terlindungi kriptografi yaitu metode enkripsi yang mengubah sistem kode menjadi acak untuk menjamin keamanannya sehingga sulit ditiru. Saat ini, menurut data dari CoinMarketCap (Today’s Cryptocurrency Prices by Market Cap, 2021), terdapat 9.932 mata uang kripto yang sering disebut koin dengan total kapitalisasi pasar global mencapai 1,8 triliun dollar AS.
Koin yang paling terkenal yaitu Bitcoin yang merupakan uang kripto pertama yang diciptakan oleh pihak bernama samaran Satoshi Nakamoto pada November 2009. Bitcoin diciptakan dengan karakteristik sepenuhnya berbentuk digital (tanpa bentuk fisik karena berupa jaringan internet), dapat dilakukan peer-to-peer (transaksi dari satu orang ke lainnya secara online), bersifat global yaitu dapat ditransfer secara bebas antarnegara tanpa dipengaruhi kurs, terenkripsi alias tidak terdapat nama pengirim atau penerima, dapat digunakan untuk transaksi apapun, dan tidak ada pihak bank atau pemerintah sebagai penengah di setiap transaksi. Selain Bitcoin, ada pula Ethereum, XRP, Doge, Cardano, dan BNB yang memiliki banyak investor dan kapitalisasi pasar yang besar.
Meskipun disebut mata uang digital, namun kripto di Indonesia tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran karena hanya mengakui Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Oleh karenanya, investasi kripto hanya dianggap sebagai komoditi sehingga setiap pedagang (broker) dan perdagangannya diawasi oleh Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Menurut data Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Sidik, 2021), saat ini terdapat lebih dari 5 juta investor aset kripto di Indonesia dengan transkasi dapat mencapai Rp 2,41 triliun per hari.
Apakah Betul Bisa Cuan?
Teknologi internet era 4.0 membuat setiap orang yang memiliki ponsel pintar, kartu tanda penduduk (KTP), dan nomor rekening atas nama pribadi dapat dengan mudah mendaftar pada sekuritas atau broker saham dan kripto yang resmi. Semua verifikasi data pun dilakukan secara online melalui aplikasi atau website sekuritas yang dipilih. Di Indonesia, beberapa sekuritas saham resmi seperti Mirae Asset, Indo Premier, BNI Sekurtas, dan Mandiri Sekuritas yang dapat dilihat pada situs KSEI. Sementara itu, untuk broker kripto dengan ijin Bappebti seperti Indodax, TokoCrypto, Rekeningku, Pintu, dan Luno.
Konsep investasi modern ini sebenarnya sederhana yaitu terdapat orang yang memiliki aset dan ada yang ingin membelinya sehingga terjadi jual-beli atau trading yang difasilitasi oleh sekuritas. Investor berani membeli sebuah saham atau koin karena keyakinan akan nilai dari aset tersebut akan naik di masa depan. Beberapa hal yang bisa digunakan sebagai patokan penilaian yaitu kinerja keuangan, potensi industri, kondisi pasar secara makro dan mikro, dan jumlah saham atau koin yang dapat dibeli masyarakat. Analisis ini disebut analisis fundamental karena berfokus pada kekuatan mendasar perusahaan atau koin.
Contoh analisis fundamental pada saham seperti pada September 2020 Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan rencana penggabungan tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Syariah yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Hal ini dianggap potensial karena besarnya akumulasi modal dan nasabah yang dimiliki ketiga bank tersebut serta penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sehingga secara fundamental saham BSI (dengan kode saham BRIS) dianggap akan memberikan keuntungan di masa depan. Investor pun mulai mengoleksi saham BRIS sehingga harganya terus meningkat dari Rp155 (per 20 Maret 2020) menjadi Rp3.770 (per 13 Januari 2021). Berarti kurang dari satu tahun, terjadi kenaikan investasi lebih dari 2.000 persen, sesuatu yang sulit didapatkan dari alat investasi lain seperti deposito, properti, dan emas. Jika seseorang membeli saham BRIS dengan modal Rp1.500.000 di harga Rp155 per lembar saham dan menjualnya di harga Rp3.770, maka ia berhasil melipatgandakan uangnya menjadi Rp36.192.000.
Berbeda dengan saham, banyak analis berpendapat kripto tidak memiliki fundamental karena tidak memiliki wujud. Sebenarnya fundamental kripto tetap ada tapi karena ini berupa teknologi sehingga cara kerjanya pun berbeda. Suatu koin dinilai memiliki fundamental yang baik jika memiliki kecepatan transaksi pengiriman yang tinggi dengan biaya yang murah, seperti pada koin BNB yang diciptakan oleh Binance broker kripto terbesar di dunia. Selain untuk transaksi jual beli, BNB juga dapat ditabung untuk mendapatkan bunga (disebut stacking) dan mendapatkan koin baru lain yang akan dikeluarkan (disebut launchpool) pada waktu tertentu. Oleh karena itu, banyak orang semakin tertarik membeli BNB sebagai aset investasi. Semakin banyak peminat sementara supply yang terbatas, membuat harga semakin tinggi. Jika seseorang membeli satu koin BNB pada 1 Desember 2020 di harga Rp 450.000 dan menjualnya pada 1 Mei 2021 di harga Rp 9.000.000, berarti dalam waktu enam bulan investor tersebut telah memperoleh untung hampir 2.000 persen.
Selain analisis fundamental, terdapat pula analisis teknikal yang menekankan pada data-data historis pergerakan harga dan volume perdagangan yang dikumpulkan melalui perangkat statistik dan divisualisasikan melalui chart atau grafik. Pada tampilan chart terdapat candle stick yang memperlihatkan pergerakan harian saham atau koin. Dari analisis tersebut, seseorang dapat memprediksi harga di masa depan.
Penting untuk Take Profit, Disiplin Cut Loss, dan Hindari FOMO
Meskipun memberikan potensi keuntungan besar, namun berinvestasi di kedua aset ini memiliki risiko tinggi. High risk, high return. Hal ini karena beragamnya jenis investor yang masuk ke dalam market, ada yang memiliki literasi keuangan yang baik, ada yang memiliki dana besar, namun banyak juga yang ikut-ikutan karena Fear of Missing Out (FOMO) atau takut ketinggalan tren. Kategori terakhir ini umumnya berani mengambil risiko besar dan berspekulasi padahal pasar dapat berubah mendadak karena harga sensitif pada arus dana yang masuk dan keluar. Tidak sedikit orang yang kehilangan banyak uang akibat FOMO, hal ini tentu mengganggu psikologis terutama jika menggunakan dana pinjaman online yang mudah dan cepat didapat. Beberapa waktu lalu, terdapat kasus dimana para investor saham yang stres karena rugi hingga bunuh diri.
Terlepas dari risikonya, banyak yang menyebutkan bahwa investasi di saham dan mata uang kripto dapat menambah kekayaan seseorang dalam jumlah besar dan waktu relatif cepat. Hal ini dibuktikan oleh Warren Buffet yang menjadi salah satu orang terkaya dunia dengan kekayaan mencapai 110 miliar dolar AS karena investasi saham atau Michael Saylor yang menjadi milyuner karena mengoleksi Bitcoin dengan total kekayaan 2 miliar dolar AS. Di Indonesia pun terdapat Lo Kheng Hong yang dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia karena berhasil mengumpulkan aset saham bernilai lebih dari Rp2,5 triliun. Oleh karena itu, investasi pada aset saham dan kripto adalah menjanjikan.
Akan tetapi, untuk mendapatkan keuntungan maksimal setiap orang yang ingin berinvestasi sebaiknya banyak membaca agar dapat menganalisis secara fundamental dan sedikitnya belajar cara membaca tren grafik yang disajikan oleh candle stick atau pola lilin. Mengingat pasar yang bergerak cepat, jika hasil investasi telah mendapatkan untung sebaiknya take profit (sering disingkat TP oleh investor Indonesia), namun jika mengalami kerugian atau modal sudah minus beranikan diri untuk jual rugi atau cut loss (disingkat CL) untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Sesungguhnya, memiliki keterampilan di bidang ini sangatlah menguntungkan terlebih pada situasi sulit selama pandemi ini karena seseorang masih dapat menghasilkan uang dari rumah dengan memantau “lilin” yang tersedia via aplikasi seperti RTI atau TradingView. Kasus babi ngepet menunjukkan masih rendahnya literasi keuangan di Indonesia. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya 38,03% orang Indonesia yang terliterasi atau paham akan produk keuangan dan cara mengolahnya untuk mencapai kesejahteraan. Ini memperlihatkan masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahwa ada banyak cara memperkaya diri tanpa berurusan dengan hal gaib. Asalkan memahami teknologi internet, sekarang ini, pengangguran juga bisa banyak uangnya! (Editor Ranny Rastati).
Referensi
Chan, S., Chugh, R., Poh, F., & Wintels, S. Survey: Discretionary spending in Indonesia amid and after the COVID-19 pandemic. https://www.mckinsey.com/industries/retail/our-insights/survey-discretionary-spending-in-indonesia-amid-and-after-the-covid-19-pandemic (diakses 19 Mei 2021).
Statistik Pasar Modal Indonesia. April 2021. https://www.ksei.co.id/files/Statistik_Publik_April_2021.pdf (diakses 19 Mei 2021)
Frankenfield, J., Cryptocurrency. 7 Maret 2021. https://www.investopedia.com/terms/c/cryptocurrency.asp (diakses 19 Mei 2021)
Today’s Cryptocurrency Prices by Market Cap. Mei 2021. https://coinmarketcap.com/ (diakses 19 Mei 2021)
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019. 1 Desember 2020. https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-2019.aspx (diakses 19 Mei 2021).
Sidik, S. Investor Pasar Modal RI Tembus 5 Juta, Wah Sama Kripto juga!. https://www.cnbcindonesia.com/market/20210519144516-17-246702/investor-pasar-modal-ri-tembus-5-juta-wah-sama-kripto-juga (diakses 19 Mei 2021)
______________________________________
*) Opini dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB LIPI
_______________________________________
Tentang Penulis
Fani Sujono sebelumnya aktif bekerja di bidang pariwisata namun terhenti selama Pandemi COVID-19. Penulis kemudian serius belajar menjadi investor saham dan mata uang kripto. Penulis dapat dihubungi melalui email fanisujono@gmail.com.
Diunggah oleh

Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore
Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75”
Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape
Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial