Kamis, 26 Februari 2015 | 13:00 WIB
BOGOR – Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2KK LIPI) menyelenggarakan seminar intern yang disajikan oleh peneliti senior P2KK LIPI Profesor Herman Hidayat pada 26 Februari 2015 Pk10.00-12.00. Seminar yang mengangkat tema “Protected Area and Livelihood of Local Community: A Study of National Park in Yakushima and Tanjung Puting” ini membahas mengenai kunci keberhasilan pengelolaan Taman Nasional Yakushima di Jepang dan perbandingannya dengan Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah, Indonesia.
Taman Nasional Yakushima yang terletak di Kagoshima Prefektur atau di sebelah selatan Pulau Kyushu ini merupakan pulau dengan luas 505 kilometer persegi yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1931. Berjarak 60 kilometer dari Kagoshima, Taman Nasional Yakushima dapat dicapai menggunakan feri dengan waktu tempuh empat jam atau dengan kapal cepat dengan waktu tempuh empat puluh menit.
Taman Nasional Yakushima menempati 5,4 juta hektar dari seluruh luas pulau dan terdapat 401 unit taman nasional. Sementara itu, Taman Nasional Tanjung Puting yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1974 ini memiliki luas 18 juta hektar dengan 50 unit taman nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari Yakushima Tourist Bureau pada tahun 2012, jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 333.219 orang. Sementara itu di Taman Nasional Tanjung Puting hanya dikunjungi oleh 444 wisatawan lokal dan 580 wisatawan mancanegara.
Adanya perbedaan signifikan dari jumlah wisatawan di kedua taman nasional tak lepas dari peran pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Kunci sukses Taman Nasional Yakushima adalah adanya manajemen kolaborasi antara pemerintah daerah, agen perjalanan, dan masyarakat lokal. Secara aktif pemerintah daerah mengadakan pertemuan dan diskusi untuk melakukan perbaikan pelayanan untuk wisatawan baik dari segi infrastruktur, perlindungan terhadap taman nasional, pusat informasi wisatawan, dan pelatihan masyarakat lokal yang turut berperan aktif sebagai pemandu wisata dan penyedia penginapan tradisional Yakushima yang disebut minshuku dalam bahasa Jepang. Taman Nasional Yakushima pun tidak hanya menjadi ekowisata yang menarik untuk dikunjungi tapi juga menjadi pusat penelitian dan tempat yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang tetap terjaga kelestariannya.
Profesionalisme dan manajemen kolaborasi yang telah dijalankan oleh Taman Nasional Yakushima tentunya akan sangat baik untuk diimplementasikan di Taman Nasional Tanjung Puting agar menjadi salah satu ekowisata handal yang dimiliki Indonesia. (Ranny Rastati)
Diunggah oleh

Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore
Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75”
Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape
Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial