Menurut Jaleswari, ketegangan antar negeri serumpun ini selalu diasosiasikan pada fakta historis adanya gerakan Ganyang Malaysia pada 1970. Tapi, kata perempuan yang akrab disapa Dani ini, kondisi Indoneisa sekarang jauh berbeda dengan 30 tahun lalu. “Dulu diplomasi Indonesia di atas angin, bahkan mungkin terkuat di di Asia Tenggara, alat utama sistem senjatanya lengkap,”ungkapnya.
Kondisinya kini, kata Dani, berbeda. Dari sisi persenjataan, Indonesia termasuk lemah. Begitu juga dari sisi diplomasi. Padahal, kata dia, diplomasi merupakan cara yang moderat untuk meminimalkan implikasi dari sengketa ketimbang konfrontasi terbuka. “Kalau konfrontasi, implikasi langsungnya adalah ekonomi, nanti juga merembet ke masalah politik dan hukum,” papar Dani.
Agar diplomasi kuat, Dani menambahkan, perlu “amunisi” yang kuat. Amunisi itu antara lain berupa data-data ilmiah yang kuat, armada keamanan yang tangguh dan fasilitas di perbatasan yang memadai.
Judul : Jaleswari: Diplomasi Masih Solusi Terbaik Sengketa RI-Malaysia
Sumber : Tempointeraktif.com
Tautan Gambar : http://alangkah.com/tni-pentingnya-kesejahteraan-di-wilayah-perbatasan/
Jenis : Berita
Tanggal : 31 Agustus 2010
Penulis : Dianing Sari
Diunggah oleh
Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75” Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial