“Padahal, penyelesaian masalah di Indonesia tidak harus dengan pendekatan politik,” ujar Johanis Haba, peneliti antropologi LIPI yang pada Rabu (29/12) besok akan dikukuhkan sebagai profesor riset oleh Majelis Profesor Riset di Gedung LIPI Jakarta.
“Keliru kalau berpikir hanya menilai NKRI dari sudut pandang politik, tanpa secara komprehensif, mengaitkannya dengan isu-isu etnisitas dan identitas,” jelasnya, Selasa (28/12).
Terlebih lagi di Indonesia terdapat 650 kelompok etnis yang memiliki keunikan bahasa, religi, adat istiadat, wilayah, dan kebudayaan.
Dalam orasi ilmiahnya berjudul Etnisitas, Identitas dan Nasionalisme di Wilayah Perbatasan, Johanis akan menjelaskan tentang isu-isu penting wilayah perbatasan di Kalimantan Timur (Nunukan), Malaysia Timur (Tawau), Kalimantan Barat (Entikong, Jagoi Babang, dan Sarawak), Malaysia Timur, Kabupaten Belu, dan Timor Leste.
“Hasil kajian ini menguatkan keyakinan saya tentang signifikasi isu etnisitas di Indonesia, terutama di wilayah perbatasan negara. Selama ini masih dianggap sebagai kawasan pinggiran, kendati potensi sumber daya alam dan sumber daya kultural melimpah di wilayah tersebut,” papar Johanis.
Selain Johanis Haba, ada dua periset LIPI lainnya yang juga akan dikukuhkan sebagai profesor riset. Mereka adalah Dr Tukirin Partomihardjo dari bidang ekologi dan evolusi, serta Dr Ir Yohanes Purwanto periset dari bidang etnobotani.
Tukirin Partomihardjo akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul Laboratorium Alam Kepulauan Krakatau: dari Model Suksesi ke Restorasi Eko sistem Hutan Tropik.
Dalam orasinya, Tukirin menjelaskan selama ini masih sangat sedikit informasi hasil penelitian dan pengalaman lapangan dalam mencermati kawasan pulau-pulau kecil. “Terutama Krakatau selama tidak kurang dari 25 tahun. Hal ini bisa menambah wawasan bagaimana ekosistem pulau kecil serta suksesi hutan tropik secara utuh,” kata Tukirin.
Dikatakannya, belajar dari rumitnya suksesi pembentukan ekosistem hutan tropik, maka diharapkan masyarakat lebih hati-hati dan bijak dalam mengelola sisa kawasan hutan alam dan lingkungan pulau kecil beserta keanekaragaman hayatinya.
“Sebab, mengingat akhir-akhir ini Indonesia dikenal sebagai negara tropik terdepan dalam hal perusakan eko sistem hutan alam dan pemusnahan keaneka¬ragaman hayati,” tukasnya.
Sedangkan, Yohanes Purwanto akan memaparkan orasi ilmiah dengan judul Nilai-Nilai Etnobotani untuk Pembangunan Berkelanjutan. Dia mengungkapkan penelitian etnobotani yang dikembangkan di Indonesia.
Salah satunya untuk membuktikan bahwa studi etnobotani seterusnya, akan menjadi bukti tertulis tentang kekayaan pengetahuan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Studi etnobotani menyajikan bukti-bukti yang sahih dan ilmiah tentang kearifan budaya Indonesia dalam memaknai pentingnya sumber daya alam hayati dan lingkungan, yang dimanfaatkan secara berkesinambungan,” jelas Purwanto. (OL-11)
Judul : Isu Etnis dan Identitas di Perbatasan Perlu Menjadi Perhatian
Sumber : Media Indonesia
Tautan Gambar: http://www.nttterkini.com/warga-perbatasan-indonesia-timor-leste-terancam-konflik/
Jenis : Berita
Tanggal : 28 Desember 2010
Penulis : Siswantini Suryandari