Oleh Hendy Harnio Pratama dan Lila Nurul Andriyani (Mahasiswa Universitas Syiah Kuala dan Universitas Sebelas Maret)

 

Peluncuran & Bedah Buku karya Neng Dara Affiah dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Januari 2018 bertempat di Ruang Theater Lt 2, Gedung Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta. Peluncuran ini diprakarsai oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia bekerjasama dengan Perpustakaan Indonesia, dimulai pada pukul 12.00 sampai 16.00 WIB. Terdapat dua buku yang diluncurkan dan dibedah, kedua buku tersebut berjudul “Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia” dan “Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas”. Acara ini dihadiri oleh sejumlah aktivis perempuan dan tokoh nasional dari berbagai institusi, salah satunya adalah Ketua LP Ma’arif NU KHZ. Arifin Junaidi.

Kedua buku fenomenal ini merupakan hasil pemikiran Neng Dara tentang bagaimana sosok perempuan sebagai sebuah agen gerakan sosial dalam menghadapi zaman millennial seperti sekarang. Kegelisahan Neng Dara terhadap bagaimana wanita selalu hanya sekedar menjadi ibu rumahan tanpa bisa menunjukkan aspirasi intelektualnya kepada siapapun dan berharap dapat berkontribusi dalam gerakan dan perubahan sosial.

Sumber: https://indotimnews.com/wp-content/uploads/2018/01/IMG-20180117-WA0079-1-1-620×330.jpg

Beberapa pemateri yang diundang terdiri dari pendeta, kyai, mahasiswi dan sahabat Neng Dara. Aspirasi mereka terhadap buku yang di rangkai oleh Neng Dara sangat positif. Mereka mengatakan, tujuan buku ini adalah untuk menyuarakan perempuan, yang disusun dengan dasar kitab-kitab kuning. Dalam buku ini, Neng Dara mengungkapkan bahwa perbedaan atau persamaan laki-laki dan perempuan tetap diciptakan dengan ruh yang sama. Islam sebagai sebuah agama tidak hanya berbicara pakaian dan hal lainnya, namun lingkupnya lebih luas.

Narasumber pertama yang memaparkan tentang isi buku Neng Dara adalah seorang kyai. Beliau menyebut Neng Dara sebagai sesosok “ulama perempuan”, menurutnya pada masa dulu yang banyak menulis tentang perempuan adalah mayoritas laki-laki, dengan demikian isi tulisan membahas dari sudut pandang laki-laki, sehingga laki-laki lebih diuntungkan dalam hal ini. Dalam kedua buku ini Neng Dara berusaha membongkar adanya ketidakadilan tersebut sehingga perempuan terbebas dari batasan-batasan tertentu mendapatkan hak yang memang seharusnya.

Selain itu, narasumber lain yang merupakan seorang pendeta mengatakan bahwa buku fenomenal ini sangat bersifat radikal. Buku pertama yang berjudul “Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia” mengungkap bahwa Islam memiliki sifat multidimensional, multilayers dan progresif, konteks sosial sangat banyak diisyaratkan dengan perjalanan Islam dalam buku tersebut. Lalu, mengapa gerakan muslim lebih dikatakan progresif? Islam sangat kompatibel dengan kemodernan dan demokratis.

Sumber: https://i1.wp.com/www.pelitabanten.com/wp-content/uploads/2018/01/IMG-20180118-WA0000.jpg?fit=552%2C310&ssl=1

Dalam buku ini, Neng Dara menjelaskan identitas nasional harus lentur karena Indonesia merupakan negara yang memiliki suku, agama, dan klan yang banyak. Jadi biarpun adanya yang masyarakat dari golongan berbeda, tapi tetap menjadi bagian dari kesatuan negara Indonesia. Latar belakang buku ini terhadap pandangan agama harus bersifat dialektik pula, mendengar keluh kesah masyarakat yang tertindas khususnya para perempuan dan melihat segala permasalahan dari berbagai sudut pandang, yang diistilahkan pemateri adalah “Helicopter View”. Bagi Neng Dara, pemikiran yang kekal adalah yang dituang ke dalam kertas putih. (Editor Ranny Rastati)

 

_______________________________________

TENTANG PENULIS

Hendy Harnio Pratama adalah mahasiswa jurusan Sosiologi FISIP Universitas Syiah Kuala, sementara Lila Nurul Andriyani adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Keduanya telah menyelesaikan program magang di PMB LIPI pada 7 Februari 2018 dengan mempresentasikan proposal penelitiannya berjudul Dinamika Interaksimisme dalam Rumah Tangga terhadap Penggunaan Sosial Media dan Harmonisasi Islam di Qatar.