Oleh Ranny Rastati (Peneliti Komunikasi PMB LIPI)

Siapa yang tidak mengetahui selfie? Selfie adalah istilah yang digunakan untuk seseorang yang mengambil foto dirinya sendiri. Menurut BBC (2013) frekuensi penggunaan kata selfie meningkat 17.000% pada tahun 2012. Bahkan pada 19 November 2013, Oxford Dictionary menjadikan selfie sebagai “Kata Tahun 2013” (Word of the Year).

Istilah selfie pertama kali digunakan oleh akun Hopey, mahasiswa University of England Australia, di forum ABC. Di forum itu ia membuat percakapan bertopik “Dissolvable Stitches” pada 13 September 2002 (Pearlman, 2013). Hopey menulis bahwa ia terjatuh di pesta ulang tahun ke 21 temannya. Bibirnya kemudian sobek sepanjang satu sentimeter dan perlu dijahit. Ia lalu mengunggah foto jahitan bibirnya dan meminta maaf karena terlihat buram karena itu adalah selfie.  “Um, drunk at a mates 21st, I tripped ofer [sic] and landed lip first (with front teeth coming a very close second) on a set of steps. I had a hole about 1cm long right through my bottom lip. And sorry about the focus, it was a selfie.”

Selfie Hopey di Forum ABC tahun 2012 (Sumber: Telegraph.co.uk)

Identitas akun Hopey yang tetap menjadi misteri itu memiliki tendensi untuk menggunakan akhiran “ie” dan “ey” saat melakukan menulis di forum online. Sebagai contoh, kata music ditulis menjadi musicey  dan television menjadi telly. Di Australia sendiri, lazim mengganti akhiran “ie” untuk membuat kata menjadi slang sehingga terasa lebih menarik (Pearlman, 2013).

Meskipun istilah selfie digunakan sejak 2002, selfie pertama dunia telah dilakukan beberapa ratus tahun lalu. Robert Cornelius dari Philadelphia dipercaya sebagai orang pertama yang mempraktekkan selfie pada Oktober 1839 (Grenoble, 2013). Ia memfoto dirinya sendiri dengan cara duduk di belakang bingkai dan tidak bergerak selama 60 detik sampai kamera mengambil gambarnya. Selfie milik Cornelius memiliki keterangan tulisan di baliknya “The first light picture ever taken. 1839” atau foto cahaya pertama yang pernah diambil. 1839. Penggemar fotografi dan ahli kimia amatir itu juga dikenal sebagai salah satu orang pertama yang membuka toko fotografi di Amerika.

Selfie Robert Cornelius tahun 1839 (Sumber: huffingtonpost)

Putri bungsu Tsar Nicholas II Rusia bernama Anastasia Nikolaevna pun pernah melakukan selfie (The Daily Mail, 2013). Pada tahun 1913, Nikolaevna mengambil selfie dirinya melalui cermin menggunakan Kodak Brownie keluaran 1900. Itu adalah selfie yang diambil lima tahun sebelum kematiannya.

Selfie Anastasia Nikolaevna Tahun 1913 (Sumber: Dailymail)

Di Indonesia, tren selfie mulai populer sekitar akhir tahun 2013. Tren yang lazim di kalangan generasi digital ini salah satunya dipengaruhi oleh tersedianya fitur kamera depan ponsel yang memudahkan penggunanya untuk ber-selfie. Tidak hanya selfie, tongkat selfie  yang di Indonesia dikenal sebagai tongsis atau tongkat narsis pun menjadi populer. Tongsis dapat diatur tingkat panjang pendeknya memudahkan pengguna untuk selfie bersama pemandangan maupun dengan teman-teman.

Para generasi digital (Generasi Y dan Z) adalah generasi teknologi pertama yang tumbuh bersama perkembangan teknologi. Bagi mereka, selfie adalah bagian dari hidup sehingga lumrah untuk dibagikan di berbagai jejaring sosial (Wickel, 2015: 1). Selfie di media sosial baik di Facebook dan Instagram dianggap sebagai kontribusi terbesar dari meningkatnya perilaku narsisme di kalangan generasi digital. Benarkah demikian?

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Professor Twenge dari San Diego State University menunjukkan bahwa level kenarsisan yang meningkat selama beberapa dekade membuat Generasi Y (lahir tahun 1980-1994) menjadi lebih egois dan menyerap semua yang ada lebih dari generasi sebelumnya (Firestone, 2012). Narsisme di sini diilustrasikan sebagai perasaan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, memiliki keinginan untuk dikagumi oleh orang lain, dan berpartisipasi dalam pemikiran dan tingkah laku yang egois (Panek, Nardis & Konrath, 2013).

Studi senada dilakukan oleh Jesse Fox dan Margaret C Rooney dari Ohio State University pada 2015. Penelitian ini menganalisis hubungan antara kesukaan pada mengunggah dan mengedit (crop, filter) selfie terhadap kepribadian seseorang. Survei dilakukan kepada 1.000 responden usia 18-40 tahun. Hasil penelitian (Fox dan Rooney, 2015) menunjukkan orang yang sering mengedit foto dan mengunggahnya ke media sosial kemungkinan besar memiliki setidaknya tiga gangguan kejiawaan yaitu narsisime, psikopatik, dan objektivitas diri yang disebut Dark Triad. (Editor: Ibnu Nadzir)

 

Daftar Pustaka

BBC. “‘Selfie’ named by Oxford Dictionaries as word of 2013”, BBC, 19 November 2013, http://www.bbc.com/news/uk-24992393 (diakses 5 Januari 2016)

Pearlman, Jonathan. “Australian man ‘invented the selfie after drunken night out’. Telegraph, 19 November 2013, http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/australiaandthepacific/australia/10459115/Australian-man-invented-the-selfie-after-drunken-night-out.html (diakses 5 Januari 2016)

Fox, Jesse, & Rooney, Margaret C. (2015). The Dark Triad and trait self-objectification as predictors of men’s use and self-presentation behaviors on social networking sites. Personality & Individual Differences, 76, 161-165. doi: 10.1016/j.paid.2014.12.017

Grenoble, Ryan. “This Photo Is (Probably) the World’s First Selfie”. Huffington Post, 12 Mei 2013 http://www.huffingtonpost.com/2013/12/05/worlds-first-selfie-1839-robert-cornelius_n_4392804.html (diakses 5 Januari 2016)

The Daily Mail. “Now that’s a historical selfie! A teen Grand Duchess Anastasia is seen capturing her own reflection in 1913 Russia”. Daily Mail, 26 November 2013, http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2514069/Russian-Grand-Duchess-Anastasia-seen-capturing-reflection-1913-Russia.html (diakses 5 Januari 2016)

Wickel, Taylor M. (2015). Narcissism and Social Networking Sites:  The Act of Taking Selfies. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications, Vol. 6, No. 1. North Carolina: Elon University

_________________________________

Tentang Penulis

Ranny Rastati, often called Chibi, is a Researcher at Research Center for Society and Culture-Indonesian Institute of Sciences (PMB-LIPI). She received her bachelor’s in Japanese Studies at University of Indonesia and master’s in Communication Studies at University of Indonesia. Publications include popular books such Ohayou Gozaimasu (2014) and Korean celebrity: Daehan Minguk Manse (2015); articles journal on hijab cosplay (2015), cyberbullying (2016) and Islamic manga (2017). Her research interests include cosplay, Japan and Korean pop culture, also media studies. She also manages a nonprofit organization for social activity and voluntary service, Chibi Ranran Help Center (www.chibiranranhelpcenter.com), since 2013. Her works can be viewed via personal blog rannyrastati.wordpress.com. She can be contacted at ranny.rastati@gmail.com.