Jakarta, Humas LIPI. Etnografi Digital sebagai salah satu metode pengambilan data yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian bidang sosial dan humaniora ditengah kondisi pandemi COVID-19. Kondisi ini menyebabkan kegiatan penelitian mengalami keterbatasan untuk berinteraksi secara fisik dan tidak bisa melakukan wawancara tatap muka dengan responden secara langsung. Sehingga, penelitian dengan pengambilan data yang bersifat daring serta menggunakan etnografi dalam proses penelitian, adalah alternatif teknik pengambilan data dan metode penelitian yang relevan dilakukan di masa pandemi COVID-19.
“Etnografi merupakan salah satu metode yang relevan dalam konteks riset ditengah pandemi terutama jika objek kajiannya adalah fenomena yang dilihat dari perangkat digital”, jelas Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya LIPI, Ibnu Nadzir Daraini, dalam Webinar “ Transformasi Metode Digital untuk Penelitian Sosial dan Humaniora di Masa Pandemi COVID-19”, pada Senin (31/8).
Dalam perkembangannya, praktik etnografis mengalami perubahan yang semakin jelas. Etnografi tidak hanya didefinisikan sebagai sebuah metode atau teknik pengumpulan data, melainkan sebagai gabungan konsep pengambilan data antara Observasi dan Teknik Wawancara untuk merekam dinamika fenomena sosial budaya. Sehingga etnografi memiliki kemampuan untuk melakukan eksplorasi dalam hubungan digital.
Selanjutnya Ibnu menguraikan, dari sisi pendekatan etnografi ada dua cara pengambilan data, yaitu: (1). Observasi Partisipatif, mengutamakan: Fitur penelitian spesifik sesuai platform; Memperhatikan etika pengumpulan data; Menggunakan platform yang di kaji; Simpan data di luar platform; (2). Wawancara Mendalam, memperhatikan: Keseimbangan durasi, Menggali aspek mental dan personal; Bahas aktivitas daring.
Dirinya menerangkan, istilah etnografi secara menyeluruh menyatakan tentang data yang sifatnya daring atau online, dan menggunakan etnografi dalam proses penelitiannya. Selain itu, dinyatakan bahwa media digital berpengaruh dalam keseharian manusia. “Jadi pertama kali yang penting dalam kajian etnografi digital, kita harus menerima bahwa memang media digital sudah punya andil dalam cara berpraktek sosial maupun budaya”, terang Ibnu.
Masih menurut Ibnu, ada tiga poin etnografi menjadi penting atau relevan: Pertama, etnografi secara pendekatan kualitatif dilakukan oleh ahli antropologi atau sosiologi, dengan pemahaman fenomena irasional; Kedua, metode riset sangat adaptif terhadap obyek kajian yang ditelliti termasuk pada keragaman variasi perangkat digital; Ketiga, memiliki preseden kajian digital sejak hampir tiga dekade sudah menempatkan fenomena sosial dan budaya di ruang digital sebagai topik penelitian. “ Digunakannya etnografi, akan menjadi strategi yang konsisten dari sekian banyak metode penelitian media lainnya”, jelasnya
“Topik-topik yang bisa dilakukan untuk penelitan etnografi, ada tiga topik besar, yaitu;(1). Politik representasi budaya, kajian ini mengenai representasi identitas di media digital; (2). Budaya spesifik dari media digital, kajian mengenai fenomena sosial-budaya yang lahir khusus dari media digital: hacker, buzzer, bloging, meme, programming, gamer; (3).Pengaruh pada praktik sosial, topik ini berbicara bagaimana media digital mempengaruhi praktik sosial: transaksi keuangan, ceramah keagamaan, transportasi”, tutup Ibnu. (dsa/ed:mtr).
Ilustrasi: Takaitu
Diunggah oleh

Unggahan lainnya
Artikel2023.03.16Komunikasi Politik Folklore
Artikel2023.02.23Empati atau Suntik Mati: Refleksi Surplus Manula di Jepang dalam Film “Plan 75”
Berita2023.02.20Call for Papers for Conference on Social Faultlines in Indonesia: Persistence and Change in An Evolving Landscape
Artikel2023.02.17Pembangunan Sosietal, Depresi Sosial & Warga yang Sial