Oleh Luis Feneteruma
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2KK – LIPI) dan Koninklijk Instituut voor tall, Land Volkenkund (KITLV) Belanda mengadakan diskusi bersama terkait penelitian. Diskusi ini bertempat di lantai 9 Gedung Widya Graha LIPI. Setelah dibuka oleh Dr. Widjajanti M. Santoso, diskusi dilanjutkan dengan perkenalan diri dari masing-masing peserta diskusi.

Dr. Thung Ju Lan sebagai salah satu peserta diskusi menjelaskan P2KK – LIPI mempunyai empat bidang kelompok peneliti (Kelti) yaitu i) Kebudayaan dan Multikulturalisme, ii) Ekologi Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat, iii) Agama dan Filsafat, dan iv) Hukum dan Masyarakat. Empat Kelti ini terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan fokus penelitian yang di lebur menjadi satu dengan tujuan agar lebih fokus dalam membahas isu dan tema-tema penelitian berdasarkan kepentingan rakyat.
Dalam diskusi ini, KITLV diwakili oleh peneliti senior Dr. Fridus Steijlen dari Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies. Fridus menjelaskan bahwa kegiatan KITLV adalah melakukan perekaman audio visual kehidupan sehari- hari di beberapa tempat seperti Jakarta, Delanggu/Klaten, Payakumbuh (Sumatera Barat) dan Bintan/Kawal (Kepulauan Riau).

Proyek penelitian KITLV sendiri sudah dimulai sejak tahun 2003 dengan program jangka panjang dan memakan waktu 100 tahun. Untuk rencana proyek penelitian KITLV selanjutnya, tahun depan akan dilaksanakan di Sintang dan Surabaya. Tujuan dari KITLV adalah merekam fenomena perubahan sosial salah satu contoh penggunaan sebuah tempat.
Diskusi berjalan dengan menarik serta membahas beberapa hal tentang multikulturalime, urbanisasi, desentralisasi, media baru dan teknologi yang berkembang. Salah satu peserta diskusi Dr. Nina Widyawati menanyakan mengapa selama ini KITLV memilih kota besar dan sedang berkembang, mengapa tidak memilih desa kecil di dalam sebuah kota. Dr. Fridus Steijlen menanggapi bahwa yang difokuskan adalah tentang proses organisasi baik pemerintahan maupun swasta yang berpengaruh pada kebijakan penggunaan lahan contohnya di Sintang dan kemudian di Kalimantan yang sedang dalam pertumbuhan wilayah kota. Selain itu yang juga penting seperti di Payakumbuh yang saat ini sedang berkembang. (Ranny Rastati/editor)
Diunggah oleh
Unggahan lainnya
Artikel2020.09.25Mabar Sebagai Proses Membangun Kesenangan Kolektif
Berita2020.09.16Nilai-nilai Penting, Data Penelitian Sosial dan Kemanusiaan Jadi Aset Berharga
Artikel2020.09.09COVID-19, Konspirasi, dan Ketahanan Teknososial
Artikel2020.09.04Padungku: Kultur Gotong Royong dan Persaudaraan di Tanah Poso, Morowali, dan Tojo Una-una Sulawesi Tengah