Jakarta, Humas LIPI. Antropologi adalah ilmu yang menelisik tentang manusia dan kemanusiaan, dimana didalamnya ada antroplogi: psikologi, fisik, budaya, dan lainnya. Cerita rakyat bisa masuk kedalam ranah antropologi budaya. “Berbicara mengenai manusia dan kemanusiaan itu otomatis berhubungan dengan cara berpikir, nilai-nilai budaya, norma sosial, dan sebagainya”, tutur M. Alie Humaedi, Peneliti Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya LIPI disampaikan secara daring pada  acara Ngobrol Live “Cerita Rakyat dari Pra Kolonial ke Millenial”, Kamis (7/5) lalu.

Menyikapi cerita rakyat, Alie mengatakan bahwa cerita rakyat terbangun dari sebuah konteks. sosial, sejarah, budaya, dan sebagainya. Contoh Cerita Rakyat Tangkuban Perahu, itu adalah harapan masyarakat biasa yang ingin mendapatkan perempuan-perempuan cantik, dimana perempuan-perempuan ayu/cantik itu adalah reklamasi kebangsawanan. Contoh lainnya misalnya cerita-cerita di India, kebanyakan cerita-cerita di India bercerita mengenai orang kaya, karena secara sosial, kehidupan masyarakat disana itu sangat miskin, jadi cerita-cerita yang diangkat adalah membayangkan khayalan tentang kekayaan,

Fenomena cerita rakyat lintas daerah atau negara, secara antropologi, mempunyai titik yang sama hanya namanya saja berbeda. Salah satu contoh adalah cerita Panji. Cerita Panji sebenarnya cerita bawaan yang dibuat oleh sastrawan Jawa- Indonesia, tentang sosok pemuda yang membela kebenaran, mengatasi kebatilan Tetapi sosok pribadi dan namanya berbeda-beda. Ternyata cerita tentang Panji ini sama persis dengan fenomena yang ada di Indo Cina. (Laos, Kamboja, Vietnam), hampir sama persis ceritanya, hanya nama tokohnya yang berbeda.  Artinya, cerita itu bermuara dari cerita yang sama, karena dituturkan oleh orang, akhirnya berubah karena tidak ditulis”, cerita Alie.

Pengalaman Alie pada riset kebencanaan, terkait cerita rakyat, pepatah, petuah, mantra adalah sebutannya dari sebuah siklus atau tanda-tanda alam, yang kemudian dibunyikan dalam sebuah cerita. Karena pada jamannya belum ada kamera, film, untuk merekam kejadian alam, Contoh Malin Kundang yang durhaka terhadap ibunya dan berubah menjadi batu. Lalu bagaimana caranya cerita masa lalu itu bisa di terima generasi millenial, maka kemudian terobosannya itu adalah melakukan proses revitaslisasi misalnya ketidakpatuhan dan wujud batunya apa, itu semua dibahasakan dalam bahasa-bahasa milenial.  Itu merupakan tugas bagi pendongeng, yang harus bisa menyesuaikan cerita masa lalu yang disesuaikan dengan masa millenialnya seperti apa

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi Alie terkait dengan cerita rakyat: (1) Harus ada nilai-nilai kearifan didalamnya; (2) Proses kemajuan budaya bukan hanya sebatas pada teori melainkan menaikkan fungsi dan kekhasan yang berorientasi pada praktek hidup; (3) Kita semua harus bergotong royong. Sesuai bidangnya, yaitu ilmuwan dengan keilmuannya, merevitalisasi cerita rakyat tadi supaya ceritanya mampu memberdayakan masyarakatnya, punya etos kerja, punya daya saing, punya harapan tinggi. Kemudian sebagai sebagai pendongeng, mengambil alih cerita yang sudah direvitalisasi tersebut bisa disampaikan dengan cara menarik, sehingga anak-anak mau mendengarkan, bisa dinikmati oleh anak-anak dan bisa masuk kedalam daya bawah sadarnya.

Kepada pendongeng, pencerita dan orang tua dirumah, bahwa cerita rakyat sangat kaya akan nilai dan kearifan lokal. Nilai-nilai keutamaan ditarik sesuai dengan jaman milenial, perlu ada strategi dari para pendongeng/ pencerita dan termasuk pemahamannya. Jadi pendongeng harus paham dulu apa nilai-nilai utamanya, baru diproses dan dikembangkan. Proses ini dapat disebut dengan kemajuan budaya. kearifan, transmisi, revitalisasi nilai, harus dijaga dalam memajukan budaya Indonesia. (dsa /ed: mtr/maul010)

 

Ilustrasi: Mitrapost